Selasa, 17 April 2018

ANGIN YANG MEMUTINGKAN RINDU


Nay, laut Kualo masih seperti dulu
beriak dan menganakkan ombak
pantainya yang berpasir
dihiasi desir buih selalu mengulumnya
seirama degup jantungmu jantungku

kukejar bayangmu berlari di bawah purnama
meski tiga dasa berlalu, masih saja mengonak rindu
kubaca tapak kakimu kakiku menyulam pasir
berenda kecil bekas anak ketam kenari yang berlari
menyusup ke lubang-lubang sepanjang pantai

angin memuting berlarian di antara cemara yang julang
bayangmu menari, hinggap di daun nyiur sedikit kuncup
di atas-atap rumbia, ke rawa-rawa kecil, di sela rumput
sejenak menjilat gelombang, melempar buih lalu lesap di pasir

nun di ufuk, kemukus berkedip
menghiasi lengkung langit yang berombak
dikejauhan perahu nelayan selayak serpihan kayu yang ditarah
kelap-kelip berpendar di riak air, melempar cahaya

masih saja aku kelilipan rona
pada pendar cahaya lambaimu yang menggapai
sebaris air berasa asin bermuara di sudut mata
menggarami laut, ombak, perahu, pasir, cemara
atap-atap rumbia, hingga ke rawa
engkau kembali menunas menghijaukan daun rinduku
membangunkan kuncup bunga, meranumkan buahnya
ah, bayangmu tak luput
seumpama tunas, engkau hijaukan dedaunan
membangunkan kuncup bunga, dan memasak buah-buah rindu
tangan hendak menggapai untuk menyelam
pada memecah hening

2017


(DIMUAT DALAM BUKU PUISI NEGERI BAHARI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar