Sabtu, 10 Mei 2014

ANDAI



Andai bulan, cemara, pasir dan  ombak bisa bercerita
maka ia akan bercerita satu-satu tantang berbagai macam hal;
tentang asamara, tentang cinta, tentang kasih, tentang segalanya
sayang tak kutemukan  angin yang bisa kutitipkan tentang  jiwaku yang pedih
yang kutemukan adalah perasaan nelangsa yang berpundak-pundak
kubaca satu-satu;
di pucuk cemara ada desau menatap suram 
di butir pasir
hanya bersisa tapak kabur  tanpa makna
pada derai ombak mengalun rupa-rupa
Tangispun tumpah.


@Bengkulu, 9 Mei 2014


Kamis, 08 Mei 2014

HARUSNYA



Pada apa kubuang  sapa?
Ketika semua tubir  senyap  diam
Mungkin tetap pada laut dan ombakku yang menghempas-hempas
Lalu tetap pada  pantai dan pasir yang berbutir-butir

Harusnya lembab laut menjelangku dengan senyum
lalu memelukku dengan sebingkis rindu senja ini
Bercanda bersama sanset,
lalu memuisikannya
Tapi itu tidak
Aku hanya  mematung dalam sengak  yang menduka, dan tak tahu harus kubuang kemana
Duh! Benakpun bercandu
Seribu kunang-kunang bermain dibenak
satu persatu menari, 
membiarkan jiwa ringkihku menggeranting kering

/Bengkulu, 2014



SERPIHAN PUISI



 
Aku akan rebahan sejenak
sembari menghimpun serpihan-serpihan puisi senja yang akan kuberikan padamu
Setangkai mawar merah jambu sudah kuselipkan pada sunting di rambutku
Lalu esok aku akan bercerita
selayak seriti yang menari kian kemari

/Lubuklinggau, 20 April 2014 @Jejak luka




AKSARA




Seribu satu berlipat dalam jari
Lalu merekah
aksara menunggu mekar esok


Lubuklinggau, 10/2/2014



TENTANG



Berlembar-lembar catatan usang  muncul kepermukaan
Seperti pasukan tentara yang kalah
Kuyuh dan kotor
Entah mana akan kubaca?
Terlalu banyak yang harus kuabadikan dalam kata
Ku pungut satu-satu; kuelus, kumaknai
Satu catatan berkarat, dan aku tercampak karenanya
Satu lagi pun sama, hingga kulumat selumat-lumatnya
O belum usai pada catatan kusam yang mengulai di genggaman
kembali selembar kertas  memanggil-manggil penuh kerinduan
Akankah aku membacanya?
Lalu  berlembar-lembar pula catatan yang  akan tertoreh dengan perasaan luka?  
Lalu pada akhirnya tercampak dan kembali  melumatnya?

Angin, aku tak hendak!!   
Selayak pelangi ku ingin warna-warni keindahan menggores kertas-kertasku dengan warna lembut, tanpa keluh dan air mata.  
Sebagaimana keabadian yang kau hembuskan pada tiap buritan  yang setia pada laut dan pantai 


@ Tentang, 8 Mei 2014