Senyum yang
menyembul di ufuk timur
tak seberapa
hangat menyapa
berbeda
kala wajah
bersahaja belum berlumur liat tanah
kurenda
doadoa
kuhembus
pelan di sisi pusara
ketika galau
yang menggunung
mencambukku
untuk kembali bersama
bercanda
pada suatu masa
kala aku
masih bergelayut manjah di pundak legammu
Biarkan rindu sendu kampung halamanmu, meski dengan suara serak , bertadut dan berejung membaca nasib. Mewarnai langit, gunung, hutan dan air, yang abadi dalam pepantun dan andai-andai sepuh di bibir masa lalu
Ya,
dalam kaca
tetap kurapal wajah
dan petuah
nenek moyang-Kedum Tengah Laman yang
mendaras di nadi merahku
meski
langkahku menjauh,
tetap surut
ke belakang
tuk kembali
ruah dalam rinduku
yang tak
pernah parai
/Tanah Besemah, 20 Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar