Aku masih merindukan ayunan antan
belaggam
dentum-dentum di bawah tadah embun kita, Mak
memenuhi ruang dusun
hingga ke sisi hutan tepi pancuran
lalu jemari-jemarimu yang mengeras
bagai serok mengais kopi yang ditumbuk
aku masih merindukannya, Mak
ketika nighu-mu merdetak-detak
memanggil angin
menetak sisa kulit kopi
lalu biji kopi akan bergulir di bake-bake kita
tersenyum kuning untuk di bawa ke kota
aku masih merindukannya, Mak
ketika puntung kita menjulur
menjilat belanga besi
menghanguskan biji-biji kopi
lalu asap akan membumbung
meliuk-liuk
menebarkan aroma menyesak hingga dalam
menunggu air panas untuk meyedunya
/Kenangan di Bukit- 4 Juli 2014
KUURAI RESAH HINGGA LURUH MENERJANG WAKTU. KELAK AKAN MENJADI SAKSI, TENTANG PERJALANAN HIDUP, DAN PENCARIAN KE LEMBAH YANG ABADI - KEMATIAN
Sabtu, 05 Juli 2014
Kamis, 03 Juli 2014
DERAI WAKTU
Derai waktu
adalah mimpi
kapan kan sua, bercengkrama dan bermanjah
kapan kan sua, bercengkrama dan bermanjah
bercerita tentang
masa kanak kita.
Menyatukan kembali impian kita
yang terdampar di pucuk-pucuk daun teh.
Memuai bersama embun yang disapu matahari
Menyatukan kembali impian kita
yang terdampar di pucuk-pucuk daun teh.
Memuai bersama embun yang disapu matahari
yang digiring kabut saban
pagi.
Derai waktu
adalah mimpi ketika rasa kita membucah,
menggelegak di sisi Lematang yang bening.
Basah bermandi embun dingin,
Basah bermandi embun dingin,
mendamparkannya di atas batu-batu yang bergulir
makin menghilir
Derai waktu
adalah mimpi; ketika jejak kita yang menua
kembali terjerat pada sisa-sisa tapak yang
mengabur.
Menghimpun kembali kasih dan sayang yang kehilangan
wajah.
Bermain di antara getar yang
sulit untuk di beri makna.
Apa dan mengapa. Menggeranting kering tanpa
wujud.
Sementara cicit seriti kita
biarkan menjerit garing, tanpa irama,
tanpa senda tawa, yang dapat dipungut
untuk sekadar bermanjah.
Derai waktu
adalah mimpi; ketika hati gelisah dan ingin luap
meninggalkan tentang segala
dan kembali pada kesedirian,
menepi, menghilir, dan memuai dalam gejolak
menjadi butir-butir kristal
menepi, menghilir, dan memuai dalam gejolak
menjadi butir-butir kristal
yang akan kubawa
hingga mati dan bersendiri.
/Lubuklinggau, 4 Juli 2014
Rabu, 02 Juli 2014
SELAMAT TINGGAL MIMPI
SELAMAT TINGGAL
MIMPI (1)
Menyusut air mata, tak perlu menunggu lama
selayaknya aku berbenah
mengatur langkah; gemulai
dan katakan 'selamat tinggal mimpi
selayaknya aku berbenah
mengatur langkah; gemulai
dan katakan 'selamat tinggal mimpi
Lubuklinggau, 12/4/2014
SELAMAT TINGGAL
MIMPI (2)
Baik
Akan kuakhiri mimpi
Setelah
aku tumpah pada harap akhirku
Menagis sedan di pangkumu
Baik
Akan kukatup semua tentangmu
Setelah kusampai pada ujung jalan
Dan aku tak menemukan sela diantaranya
Baik
Akupun berkemas untuk pergi
Selamat tinggal mimpi
Pagaralam, 21/4/2014
LANGKAH
(1)
Pijar pun meredup
Bulanku berbicara hanya pada dua purnama
ah terimakasih mimpi
akhirnya aku beradu, ketika dua puluh enam purnama diam
di langit, deras hujan masih tercurah
menusuk-nusuk diammu yang kuamuk;
diri pun terdampar di negeri dongeng
negeri yang tak pernah ada dalam mimpi
Bulanku berbicara hanya pada dua purnama
ah terimakasih mimpi
akhirnya aku beradu, ketika dua puluh enam purnama diam
di langit, deras hujan masih tercurah
menusuk-nusuk diammu yang kuamuk;
diri pun terdampar di negeri dongeng
negeri yang tak pernah ada dalam mimpi
(2)
Aku kehilangan bayu rindumu
yang melindap pada amarah petang itu
secangkir kopi
kusedu tanpa gula
yang melindap pada amarah petang itu
secangkir kopi
kusedu tanpa gula
(3)
Langkahpun surut ke belakang
ini keputusan
aku benci kisah cinta yang tumbuh petang
juga pada mimpi-mimpi yang dijual seribu tiga di pinggir jalan
ini keputusan
aku benci kisah cinta yang tumbuh petang
juga pada mimpi-mimpi yang dijual seribu tiga di pinggir jalan
(4)
Akhirnya kupetik jua setangkai luka
berdarahdarah mencencang telaga
berdarahdarah mencencang telaga
/Lubuklinggau,6/4/2014
SEPI 2
tak kudengar seru sapamu di beranda rumahku
senyap sepi,
meski berbatang hari menunggu
O,
terimakasih bunga ilalang,
gemerisik dan desau daunmu mengingatkan aku
untuk tidak meragu
@salam
senja- 29/4/2014
BERCERITA TENTANG MALAM 2
masih indah
jika bercerita tentang malam
sebab cahaya bulan yang bertandang
masih ramah menghiasi beranda rumah kita
masih ramah menghiasi beranda rumah kita
lalu dengan senyum
ia gantungkan pada ujung ranting
ia gantungkan pada ujung ranting
tentang hati dan ketulusan yang menyapu biru
mengelus nadi rinduku hingga pagi
@Salam
sederhana, 30/4/2014
Langganan:
Postingan (Atom)