Sabtu, 24 Mei 2014

SISI SEPI

Mak
kemarau di langit buat sungaiku kering
Lekuk dan likunya melekang
Haruskah kucari mata air untuk sedikit membasahi bibir sungai? 
Ah, biarlah Mak, hanya itu milikku
Masih seperti dulu, denyut nadiku bertabuh di palung yang paling kering
Akan kunikmati hingga denyut itu pun berhenti sediri
menepi, sunyi, menunggu rinai
Akhirnya langkahpun surut, Mak. 

Mak, biarkan aku berkelana sendiri




/Lubuklinggau, 24 Mei 2014

KAMUFLASE




Aku hanya ingin lepaskan sengak yang menjerat jantung
kan ku urai satu-satu
hingga semua  lulu

jangan tanya aku tantang warna langit
karena aku sudah kehilangan aroma anekanya
sejak kucium kamuflase di bentang waktu
dan itu ada pada tapak tanganmu

Lubuklinggau, 24 Mei 2014

TAK PERLU KAU TAHU




Sajak kecil itu telah patah
setelah raguku menaik makin tinggi
pada setangkai  ranting
kutanya tentang purnama
jawabnya hanya senyum kecil ‘keterpaksaan’

O, kau tak tahu tentang dalamnya sebuah laut
yang memalung-malung dalam, dimainkan ombak
dan kau tak perlu  resah
karena derai dan hamparan buih
adalah lagu abadi tentang segala hidup

dan kau tak perlu tahu  


Lubuklinggau, 24 Mei 2014