Guru, kau dengar
Derap langkah kerap penuh harap
Menguntai sepanjang hari
Menunai seribu pandu
Menghiasi persada pertiwi dengan pasti
Berjuta kanak menagih janji
Menyisir setapak lereng-lereng gunung,
Bukit, dan semak berduri
Tak surut semangat yang tumbuh untuk secuil abdi
“menggali ilmu”
Yang terurai syahdu lewat bibir-bibirmu yang merah jambu
Jilatan kemunting kasih nan berwarna biru
Pencerah isi kepala yang kerap beku
Ingin tahu
Dalam irama ajar yang kau ramu
Guru, dengarlah
Gemerincah celoteh redu redam di laman ilmu
Menunggu, torehan guratan-guratan pasti lembutmu
yang mengalir bak sumur
Menguyup
Hingga lecah berwarna gepita
Guru,
Mereka datang dalam haus
Melata dengan sayap yang terbentang
Menyongsongmu,
Untuk bentuk jiwa garuda
Berkalung panca yang gagah
mengisi serpihan kemerdekaan
yang terkekang dalam guratan hitam
Guru, kau dengar, lihat
Mereka melata menyisir setiap lereng negeri
Berbakul memangkul harap tanpa ratap
Nafas jengah mereka mendesah
Berburu menendang waktu yang kian sarat, berharap;
tumbuhkan tunas moral di benak kami, guru
Karena prihatin kami yang meng gunung
Berbalur resa dan cemas sangat
Bekali kami mental baja, jiwa patriot, guru
Agar tak gentar kangkangi masa depan kami yeng kian sempit berbelit
Ajari kami guru, meski hanya secuil ilmu
Agar kami berdiri tegak jadi manusia beradab
Oo..Kau dengar guru?
Kibas senandung puji dan asa
Tumpah dalam ruah
buncah dalam irama kasih
mengalir hikmat dalam lagu,
betapa mereka cinta pengabdianmu;
Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk
Dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendekia *
Guru,
Jangan biarkan gema cinta dan asa
Membuat engkau lupa pada amanah
Karena nasib dan masa depan
Telah tergadai pada ambisi hitam yang menghadang garang
Tut Wuri Handayani bukan selogan
Penghias pamlet, dan buku-buku pendidikan
Guru,
Sayap-sayap muda yang mengepak dari segala penjuru
Bertabuh ratap sejuta harap;
Tumbuhkan mental santri, bukan mental korupsi
Bentengi jiwa yang jernih, bukan jiwa kering keji
Dampingi hingga ke gerbang cita, bukan ranah berhias dusta
Guru,
Lembah Jamrud Nusantara
Terjulur tangan-tangan setia
Menunggu torehan halusmu
Karena cita dan moral tertulis pasti di setiap pundakmu
/Lubuklinggau, 3 April 2012
*Himne Guru