Kamis, 08 Mei 2014

PADA DUA PULUH SATU



Waktu jua yang berbicara
ketika jalan setapak di hadapan kita pernah serut
dan kita tak pernah peduli tentangnya
lalu
di ujung waktu angin gelisah itu berhembus
mengelus setiap perdu yang kering
lalu
tangan kita gemulai menari
membelai dan berharap perdu kembali bergairah melahirkan tunas
lalu pada hitungan ke dua puluh satu kali kedua langkah merapat
mengukir jejak-jejak di jalan yang menikung
menjadi prasasti kegelisahan yang sengaja kita ciptakan

.@Catatan Senja 23/4/2014




Tidak ada komentar:

Posting Komentar