Kamis, 18 Juni 2015

MAAFKAN IBU, NAK



          *pada Angeline

maafkan ibu, nak
kabar perih pedih pagi ini mengiris jantung
selayaknya embun kembali  membalut tubuh kecilmu
yang mengendap dingin di kandang ayam sahabatmu

maafkan ibu, nak
tangis pagi ini menggenanggenang
embun yang menetes berubah menjadi darah
mengabut  memerahkan segala amarah
membarakannya
entah pada siapa?

maafkan ibu, nak
ibu tak sempat meraih lengan kecilmu
atau sekadar mengusap rambut dan keningmu
meninabobokanmu
lalu membungakan mimpi agar kau bisa bermain esok
menikmati sisih sibukmu yang  terseok

Suara suara itu mekar ketika calak matahari membuka tabir tentangmu, anakku;
Oh, ternyata kami adalah binatang, nak. Kami rampas dunia kanakmu dengan keji. Kami biarkan dirimu dekil lusuh,  lalu kami bunuh masa tumbuhmu, menguburmu agar  tiada.

maafkan ibu, nak
sesal yang menubir tak halangimu untuk pergi
kau terbangkan bungabunga kapas
kau biarkan melayang mengawang

kau di surga, nak?

/Lubuklinggau, 19 Juni 2015





Rabu, 17 Juni 2015

RINDU YANG MELIANG *pada kanda Syamsudin Marzuki (alm)



rautmukah itu kanda?
membayang samar di balik kelopak kamboja
bunga yang kita biarkan tumbuh di halaman rumah
bunga  yang satusatu kita biarkan layu
bunga yang menyimpan sejuta perih
bunga yang meyulam  gaun putihmu

rautmukah itu kanda?
tersenyum dingin
semakin jauh
kugantung di pohonpohon
di bumbungan masjid
di sepanjang lorong kanoman
sepanjang jalan gunung jati;
tempat kita bercengkrama menggelar rindurindu

rautmukah itu kanda?
meliang dingin
memeluhkan air mata
di rentang kabar yang terhambat
asa menghujam dalam

rautmukah itu kanda?
yang menyeret gelisah hingga ke liang lahat


/Lubuklinggau, 25 Desember 2014