Memungut sekerat daun lontar, ada aksara purba membawa imajinasiku
jauh
menyusup di lerenglereng, di lembah-lembah, di hamparan edelweis
sang
kembang keabadian; Papadayan. Dan cerita yang mengakar
Banteng Loreng
Binoncengan, Tegal
Salahkah jika kukatakan engkau adalah di
antara bocah angon itu?
Berperawakan lemah lembut seperti cahaya fajar.
Bersikap sabar seperti malam menunggu pagi, penuh kasih dan sayang
seperti embun yang menjilat daundaun kenari. Engkaulah itu,
si bocah
angon yang menyeruak di antara terik matahari.
Meredam gejolak sadarku
pada tiap pelepah kehidupan.
Menjadikannya dayung mengarungi laut
kehidupan; Nur
Seperti angin di Pantai Larangan
Hilir mudik menyapa riang
Anakanak pantai berlari saling kejar
Di kaki langit seluet bayangmu melengkung
Jatuh di basa ampas kopi
Menyisakan manis di bibir lembutku: Nur
/Lubuklinggau, 21032017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar